Sabtu, 21 April 2012

ASKEP KOLIK ABDOMEN

A.     Pengertian Kolik Abdomen
Yaitu Gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. Banyak juga ahli yang mendefinisikan klik abdomen sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan kram atau nyeri kolik hebat, yang mungkin disertai dengan mual dan muntah.

B. Etiologi Kolik Abdomen
1. Mekanis
Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
• Karsinoma (pembentukan jarignan baru yang abnormal dan bersifat ganas. Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan terus menerus).
Penyebab: rokok, carbon dari makanan yang dibakar/dipanggang, pengawet, penyedap rasa pada makanan, radiasi alat elektronika dan infeksi virus.
Volvulus (suatu keadaan gawat abdomen ditandai dengan nyeri perut yang bersifat kolik dimana antara serangan kolik terdapat nyeri perut menetap, perut kembung karena distensi abdomen sering disertai mual dan muntah).
• Intususepsi (invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens)
• Obstipasi (bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus adanya obstruksi usus).
• Striktur (Penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra sebagai akibat dari pembentukan jaringan fibrotik jaringan parut)

2. Fungsional (non mekanik)
• Ileus paralitik
• Lesi medula spinalis
• Enteritis regional
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Uremia

C. Manifestasi Klinik Kolik Abdomen
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

D. Pemeriksaan
• Tensi, nadi, pernafasan, suhu
• Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ? Adakah pembesaran hati, apakah teraba massa?
• Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces, adakah darah?
• Laboratorium : Leukosit dan Hb

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

F. Penatalaksanaan Medis
• Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Terapi Na+, K+, komponen darah
• Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
• Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
• Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
• Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
• Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
• Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
• Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
• Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

G. Tindakan
• Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
• Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
• Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab tidak jelas
• Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
• Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
• Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp
• Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal
b. Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :
c. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
d. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
e. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
f. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang benar
g. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
h. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
i. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
j. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
k. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
l. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
m. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan jumlah absorpsi.
n. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
o. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
p. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
q. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
r. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin
d. Berikan periode istirahat terencana.
e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
a. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”
b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam.
e. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.


Daftar Pustaka

1. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
2. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Senin, 09 April 2012

protap pemasangan infus


PROTAP PEMASANGAN INFUS

Pengertian

Tindakan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infuse dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kester lan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena ( pembuluh darah pasien ) diantaranya vena lengan ( vena safalika basilica dan mediana kubiti ), pada tungkai (vena safena ), atau pada vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis ( khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pascabedah, sebelum tranfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

Tujuan
  1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
  2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
Alat dan bahan
  1. Standar infus
  2. Set infus
  3. Cairan sesuai program medik
  4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
  5. Pengalas
  6. Torniket
  7. Kapas alkohol
  8. Plester
  9. Gunting
  10. Kasa steril
  11. Betadin
  12. Sarung tangan
  13. Bak instrumen
  14. Bengkok
  15. kom
Tahap Preinteraksi
  1. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
  2. Mencuci tangan
  3. Siapkan alat
  4. Memasang sampiran
Tahap Orientasi
  1. Memberikan salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
  2. Memperkenalkan nama perawat
  3. Jelaskan prosedur da tujuan tindakan pada klien dan keluarganya
  4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
  5. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum tindakan
  6. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur
Tahap Kerja
  1. Hubungkan cairan dan infu set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses selang kebotol infus
  2. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar
  3. Menggulung lengan baju klien
  4. Letakkan pengalas di bawah lengan yang akan dilakukan penginfusan
  5. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10 – 12 cm di atas penusukan dan menganjurkan klien mengepal dan membuka beberapa kali, palpasi dan pastikan vena yang akan ditusuk
  6. Gunakan sarung tangan steril
  7. Desinfektan daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
  8. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagaian bawah vena di posisi mengarah ke atas
  9. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila penusukan terjadi pengeluaran daah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam jarum sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
  10. Setelah jarum infus bagian dalam infus dilepas/ dikeluarkan tahan bagian atas vena dengan slang infus
  11. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
  12. Mengoles dengan salep betadhin atau betadin cair di atas penusukan
  13. Memfiksasi posisi jarum dengan plester, letakkan kassa steril diatasnya. Atur kassa setril pada lokasi jarum supaya berjendela agar mudah di evaluasi terhadap tanda-tanda inflamasi
  14. Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukurn jarum
  15. Lepaskan sarung tangan dan bereskan alat-alat
  16. Merapikan kembali baju dan posisi pasien
Tahap Terminasi
  1. Menanyakan perasaaan klien setelah dilakukan kegiatan
  2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
  3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
  4. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan klien. Mengakhiri kegitan dengan salam
  5. Mencuci tangan
Dokumentasi
Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum

ASKEP HALUSINASI PERSEPTUAL


A.    Kasus (Masalah Utama)
Perubahan sensori perseptual : halusinasi

B.     Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).

C.    Proses Terjadinya Masalah
1.      Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)

2.      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari halusinasi adalah :
-          berbicara dan tertawa sendiri
-          bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
-          berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
-          disorientasi
-          merasa ada sesuatu pada kulitnya
-          ingin memukul atau melempar barang - barang
3.      Akibat
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.

D.    Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


 



Isolasi sosial : menarik diri

E.     Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.      Masalah keperawatan
a.      Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.      Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c.       Isolasi sosial : menarik diri
2.      Data yang perlu dikaji
a.      Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1).    Data Subyektif :
§  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
§  Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
§  Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2).    Data Objektif :
§  Mata merah, wajah agak merah.
§  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
§  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§  Merusak dan melempar barang‑barang.
b.     Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1)          Data Subjektif
a)      Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
b)     Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c)      Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d)     Klien merasa makan sesuatu
e)      Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f)       Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g)     Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2)      Data Objektif
a)      Klien berbicar dan tertawa sendiri
b)     Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c)      Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d)     Disorientasi
c.       Isolasi sosial : menarik diri
1)      Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat ”tidak”, ”ya”.
2)      Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur)

F.      Diagnosa Keperawatan

1.      Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi
2.      Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

G.    Rencana Tindakan Keperwatan

Diagnosa keperawatan 1 : Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi
1.      Tujuan umum :       
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2.      Tujuan khusus :
a.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
ٱ           Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan yang tenag – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik)
ٱ           Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
ٱ           Empati
ٱ           Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan

b.      Klien dapat mengenal halusinasinya
      Tindakan :
ٱ           Kontak sering dan singkat
ٱ           Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal)
ٱ           Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak mendengarnya. Katakan bahwa perawat akan membantu
ٱ           Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi
ٱ           Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi

c.       Klien dapat mengontrol halusinasinya
      Tindakan :
ٱ           Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
ٱ           Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk mengontrol halusinasinya
ٱ           Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar”
ٱ           Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan
ٱ           Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika berhasil
ٱ           Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi

d.     Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
ٱ           Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
ٱ           Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

e.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
ٱ           Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum obat
ٱ           Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara, waktu)
ٱ           Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
ٱ           Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

Diagnosa keperawatan 2 : Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
1.      Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
2.      Tujuan Khusus  :
a.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
ٱ           sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
ٱ           perkenalkan diri dengan sopan
ٱ           tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
ٱ           jelaskan tujuan pertemuan
ٱ           jujur dan menepati janji
ٱ           tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
ٱ           berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

b.      Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan
ٱ           Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
ٱ           Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
ٱ           Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
ٱ           2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c.       Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
ٱ           Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
ٱ           beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
ٱ           diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
ٱ           beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

d.     Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan
ٱ           beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
ٱ           diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
ٱ           beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

e.      Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan
ٱ           kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
ٱ           dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
-          K – P
-          K – P – P lain
-          K – P – P lain – K lain
-          K – Kel/Klp/Masy
ٱ           Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
ٱ           Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
ٱ           Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
ٱ           Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
ٱ           Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

f.        Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan
ٱ           Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
ٱ           Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
ٱ           Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

g.      Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan
ٱ           Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
-          salam, perkenalan diri
-          jelaskan tujuan
-          buat kontrak
-          eksplorasi perasaan klien
ٱ           Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
-          perilaku menarik diri
-          penyebab perilaku menarik diri
-          akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
-          cara keluarga menghadapi klien menarik diri
ٱ           Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
ٱ           Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
ٱ           Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

DAFTAR PUSTAKA


1.            Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2.            Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3.            Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
4.            Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000