3.3.1 ULTRA SONO GRAFI (USG)
3.3.1.1 Pengertian
Ultra
Sono Grafi (USG) adalah alat diagnostik yang menggunakan gelombang ultrasonik
dengan frekwensi antara 1-10 MHz sedangkan dalam bidang obstetri biasanya
mempunyai frekwensi 3-5 MHz.
USG
merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur
jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas tubuh untuk menghasilkan suatu
ultrasound di dalam jaringan.
Ultrasonografi
dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak,
kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga
dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan cairan
amnion dapat menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga
dapat mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi
pankreas, limpa, tiroid, dan lain-lain.
3.3.1.2 Indikasi pemeriksaan USG
pada Antenatal
1. Usia
kehamilan tak jelas
2. Diduga
kehamilan multipel
3. Pendarahan
dalam kehamilan
4. Dugaan
KET
5. Diduga
kematian janin
6. Dugaan
molahydatidosa
7. Terdapat
perbedaan tinggi fundus uteri dengan lamanya amenorhoe
8. Dugaan
janin besar
9. Dugaan
oligohidramion dan polyhidramion
10. Presentasi
janin tak jelas
11. Dugaan
pertumbuhan janin terhambat
12. Penentuan
profil biofisik
13. Evaluasi
letak dan keadaan plasenta
14. Adanya
resiko cacat bawaan
15. Sebagai
alat bantu dalam tindakan obstetrik seperti versi luar, versi eksraksi,
plasenta manual dan lain-lain.
16. Kehamilan
dengan IUD
17. Kehamilan
dengan kelainan bentuk uterus
18. Kehamilan
dengan tumor pelvik
19. Sebagai
alat bantu dalam tindakan intervensi dalam kehamilan, amniosintesis, fetoscopy,
transfusi intra uterin
3.3.1.3 Teknik Pemeriksaan USG
Ada 2 cara
yaitu:
1. Kontak
scanning
Tranduser
langsung diletakkan pada kulit
2. Water
bath scanning
Transduser
pakai cairan cara ini paling sering digunakan
Diatas kulit
terdapat lapisan udara yang dapat memantulkan kembali saluran berkas suara yang
datang. Oleh sebab itu kulit lebih dulu diolesi dengan jelly. Pada trimester I
organ genetalia interna masih dirongga panggul, tertutup masa usus yang berisi
gas dan dilindungi oleh tulang panggul sehingga menghalangi pemeriksaan USG
maka kandung kemih harus penuh yang akan mendesak masa usus ke luar dari rongga
panggul dan merubah kedudukannya kedalam posisi aksial.
1.3.1.4
Pemeriksaan
USG Dalam Obstetri Trimester I
Hal-hal yang
perlu diperhatikan:
1. Kantong
gestasi (lokasi, jumlah, diameter dan kondisi)
2. Identifikasi
embrio
3. Jumlah
embrio fetus
4. Crown-rump
length (jarak kepala badan)
5. Ada/
tidaknya detak jantung
6. Jumlah
janin
7. Evaluasi
uterus dan bentuk organ sekitarnya.
Pemeriksaan dapat menentukan:
1. Apakah
benar wanita itu hamil dengan melihat kantong gestasi
2. Kondisi
kehamilan, keguguran
3. Hamil
diluar rahim
4. Molahydatidosa
5. Kehamilan
ganda
6. Kehamilan
dengan kelainan seperti kista ovarium, mioma uteri, kelainan kongenital uterus.
Pemeriksaan kehamilan intra uterin:
a. Pada
kehamilan 5 mg terlihat kantong gestasi dengan diameter 5-10 mm.
b. Pada
kehamilan 6 mg mencapai 15 mm.
c. Pada
kehamilan 7 mg diameter kantong gestasi mencapai 15 mm, panjang mudigah 10 mm,
struktur kepala sudah dapat dibedakan dari badan.
d. Pada
kehamilan 8 mg kantong gestasi diameter 30 mm. Panjang mudigah lebih kurang
15-20 mm dan dapat dilihat Yolk Sac berupa struktur vesikuler berdiameter lebih
kurang 5 mm yang letaknya diluar selaput amnion.
e. Pada
kehamilan 9 mg rongga korion dari kantong kuning telur tidak terlihat lagi
pusat-pusat penulangan mulai tampak di daerah mandibula, maxilla, clavicula
humerus, femur dan ilium lokasi pertumbuhan plasenta terlihat makin jelas.
3.3.1.5 Pemeriksaan USG Dalam Trimester II dan III
Mulai jelas
terlihat jumlah janin, presentasi, pulpasi jantung dan kelainannya, letak dan
kondisi plasenta, anatomi bagian janin dan gambaran kelainan bawaannya. Kasus
yang tidak mungkin didapat data lengkap adalah oligohidramion, posisi janin
hiperplesi, kepala janin sudah masuk PAP dan ibu yang gemuk.
3.3.1.6 Pengukuran Biometri
Diameter
Biparietal (DBp).
Mulai dideteksi
sejak kehamilan 12 mg.
Dibawah
20 mg pertumbuhannya 3-4 mm/minggu dan bertambah terus sesuai dengan kehamilan
sampai kehamilan 28-31 mg.
-
Panjang femur (PF)
Cara
pengukuran yang digunakan adalah jarak antara trocanter mayor sampai kondilus
lateralis, tetapi caputfemoris tidak di masukkan kecepatan pertumbuhan femur
adalah lebih kurang 3,15 mm per minggu kemudian berlahan-lahan menurun sampai
dengan lebih kurang 1,55 per minggu samapai mendekati aterm.
-
Air ketuban
Dapat
dilihat apakah air ketuban cukup, kurang atau berlebihan peningkatan dan
penurunan volume air ketuban selalu diasosiasikan dengan anomaly pada fetus dan
penyakit pada ibu.
Volume air ketuban
|
Ukuran diameter terbesar
|
Normal
Polihidramion
Marginal
Oligohidramion
|
< 2 cm < 8 cm
≥ 8 cm
≥ 1 cm ≤ 2 cm
< 1 cm
|
-
Placenta
Identifikasi
plasenta didasarkan pada 2 hal pokok:
Fetal
chorionic plate dan internal clho yang multipel. Merupakan gambaran dari
genangan darah dalam kotiledon
Menentukan
usia kehamilan diameter kantong gestasi (KG)
1. Diameter
kantong gestasi (KG)
KG adalah cincin ganda
yang konstris berasal dari desidua karsularis dan desidua parietalis.
KG ini berfungsi cukup baik sampai
kehamilan 7 minggu
|
|
2. Jarak
kepala bokong (Crow rump length = CRL)
Dapat dipakai untuk
menentukan usia kehamilan 7-10 minggu
3. Diameter
biparietal (DBp) dan panjang femur (FL)
Biasanya setelah usia
kehamilan 19 mg, dimana proses osifinasi telah mencakup daerah kepala dan
bokong (kehamilan trimester II)
Rasio ini digunakan
untuk mengetahui pengukuran dalam, kelinana kepala atau anggota gerak bawah,
dan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan janin.
Perkembangan
janin dan gambaran USG
Usia Kehamilan
|
Perkembangan Janin
|
Gambaran USG
|
14-20 hari
|
Fertilisasi
|
Tidak tampak
|
23 hari
|
Implantasi
|
Penebalan endometrium dan daerah
ekhogenik
|
5 minggu
|
Kantong amnion, embrio 3 lapis, dan
pacenta primitif
|
Janin tampak
|
7 minggu
|
Embrio 10 mm
|
Dapat diukur JKB, denyt jantung,
tampak gerak janin dan yolk sec sebagai kantong kecil
|
8 minggu
|
Embrio 18 mm, kantong ketuban 30 mm
|
Kantong ketuban mengisi separuh kavum
uteri
|
10 minggu
|
Embrio 32 mm, kantong ketuban 45 mm
|
Tampak kepala janin placenta lebih
jelas
|
12 minggu
|
Janin 5-6 cm
|
Kepala sama besar seperti tubuh, dapat
diukur
|
12-16 minggu
|
Korion bersatu dengan desidua
farietalis, pertumbuhan cepat dari organ
|
Vertebra tampak jelas juga gaster dan
kandung dan kandung kemih
|
20 minggu
|
-
|
DBP 5 cm, dada dan perut jelas
|
Hasil pemeriksaan pada pasien
1. Abortus
a. Menilai
keadaan embrio atau janin, serta luasnya daerah perdarahan di intra uterin
Tampak daerah genekhoik
didalam kavum uteri. Bentuknya kadang-kadang menyerupai kantong gestasi
(berasal dari perdarahn-perdarahan sub korionik)
b. Inkompletus
Tidak spesifik
tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi. Kantong
gestasi tidak utuh lagi. Berisi masa komplek atau kantong gestasi tampak
terlepas dari dinding uterus dan berada di dalam kanalis servikalis.
2. Missed
Abortion
Ditemukan:
a. Embrio
dengan JKB 100 mm atau lebih
b. Tanda-tanda
kehamilan tidak ada
c. Uterus
lebih kecil dari usia kehamilan
d. Bentuk
kantong gestasi tidak utuh
3. Kehamilan
Anembrionik (blighrod ovum)
Tampak:
a. Ovum
dibuahi
b. Kantong
gestasi, berkembang tapi embrio tidak terbentuk
c. Atau
kantong gestasi yang kosong, menerapkan mengecil/ negatif 30 mm
4. KET
Sangat
berpariasi tergantung pada usia kehamilan.
a. Tampak
kantong gestasi berisi embrio/ janin diluar Cavum uteri
b. Pembesaran
uterus tanpa kantong gestasi
c. Adanya
darah di dalam cul-do-cac
5. Molahidatidosa
Uterus
membesar berisi massa ekhogenik bercampur bagian-bagian anek hoik vesikuler
5-10 mm (sarang tawon/ hone comlp) atau badai salju (Sholostrom).
Uterus
lebih besar dari pada lama aminorhoe.
3.3.1.7 Persiapan Pasien USG
1. Dijelaskan
prosedur pemeriksaan
2. Kandung
kemih penuh (trimester I)
3. Posisi
tidur telentang
4. Pakaian
didaerah abdomen dibuka
5. Pasang
jeli
6. Pemeriksaan
siap dilaksanakan
3.3.1.8 Persiapan dan pelaksanaan:
1. Lakukan
informend consent
2. Anjurkan
untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen,
kandung empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3. Oleskan
jeli konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG.
4. Transduser
dipegang dengan tangan dan gerakkan kedepan dan kebelakang diatas permukaan
kulit.
5. Lakukan
antara 10-30 menit.
6. Premedikasi
jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah.
7. Pasien
tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara.
8. Bila
pada pemeriksaan obstetrik (timester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal
pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara
untuk trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung
kemih kosong.
9. Bila
pada otak lepaskan aemua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10. Bila
pada jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah inspirasi
dalam.
Ringkasan Konfirmasi Pemeriksaan
USG
1. Diagnosa
kehamilan Intra uterin (5-6 mg)
2. Fetal
pole (7-8 mg)
3. Diagnosa
pasti kehamilan atau denyt jantung janin
4. Scaning
(jumlah, letak, persentasi janin)
5. Pertumbuhan
janin (polophysical profile dan score)
6. Volume
cairan ketuban
7. Plasenta,
lokasi grade, dan abdormalitas
8. Gambaran
tali pusat
Gambar
USG
3.3.2 RONTGEN
3.3.2.1 Pengertian
Rontgen
atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar
X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka.
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar X dan digunakan untuk melakukan
skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.
Teknologi roentgen sudah digunakan lebih dari seabad lalu. Tepatnya
sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad
Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label
sinar X. Sinar itu mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh, yang kemudian dijadikan
sebagai alat diagnosa untuk dasar pengobatan.
3.3.2.2 Efek Samping
Teknologi sinar roentgen dianggap sebagai satu penemuan yang mampu
membantu banyak orang, terutama untuk menganalisis dan mendiagnosis suatu kondisi
demi penyembuhan suatu penyakit. Namun demikian radiasi yang ditimbulkan dalam
proses penyinaran roentgen disinyalir mengandung kekuatan radioaktif yang bisa
berbahaya.
Karena itu, sinar X yang "ditembakkan" untuk memotret
bagian dalam organ tubuh seharusnya benar-benar dalam komposisi tepat. “Jika
tidak, teknologi ini justru bisa memicu kanker, sebab fungsi dari sinar X
adalah mematikan pertumbuhan atau malah memicu pertumbuhan sel. Nah, jika
pertumbuhan sel tersebut liar, itulah yang disebut dengan kanker.
Selain itu, penggunaan sinar roentgen yang terlalu sering atau
dengan dosis besar, juga bisa berpengaruh pada fungsi seksual.
Untuk itu, walaupun pengunaan sinar roentgen yang banyak dilakukan
sekarang sudah melalui kajian mendalam, untuk meminimalisasi dampak negatif
penggunaan sinar roentgen, prosedur tetap harus dilalui dengan baik. Untuk meminimalisasi
efek radiasinya. Yang juga tidak kalah penting, jangan biasakan setiap ada
gejala penyakit selalu minta foto roentgen. Foto roentgen yang terlalu sering
juga tidak baik.
3.3.2.3 Persiapan dan Pelaksanaan:
1. Lakukan
informed consent.
2. Tidak
ada pembatasan makanan atau cairan.
3. Pada
dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan
dengan posisi berdiri dan foto AP (anterior posterior) lateral dapat juga
dilakukan, baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain
dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepaskan, anjurkan pasien untuk tarik
napas dan menahan napas pada waktu pengambilan foto sinar X.
4. Pada
jantung foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran
dan bentuk jantung, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan
hingga ke pinggang.
5. Pada
abdomen pelaksanaan foto harus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan
dan digunakan baju kain/ kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh
dari tubuh, testis harus dilindungi.
6. Pada
tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambit harus dilepaskan, kaca
mata gigi palsu sebelum pemeriksaan.
7. Pada
rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa, danimobilisasi pada
daerah fraktur.
Gambar
Rontgen:
3.3.3 CARDIOTOPOGRAFI (CTG)
3.3.3.1 Pengertian
CTG
merupakan satu pemeriksaan dengan alat elektronik
Bertujuan
untuk melakukan pemantauan keadaan janin, mendeteksi adanya gangguan yang
berkaitan dengan hipoksia janin dalam rahim, melalui penilaian pola DJJ dalam
hubunan dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin dalam rahim.
3.3.3.2 Cara pemeriksaan CTG ada 2:
1. Cara
Langsung
Dengan
cara memasukkan alat ke dalam rongga rahim.
2. Tidak
langsung
Dengan
memasang alat pada dinding perut ibu. Hal ini merupakan cara yang paling
populer karena bila dilakukan selama antenatal dan intranatal yang lebih
praktis dan aman.
3.3.3.3 Indikasi pemeriksaan CTG:
1. Hipertensi
dalam kehamilan
2. Kehamilan
dengan DM
3. Kehamilan
post term
4. Pertumbuhan
janin dalam rahim terhambat
5. KPD
6. Gerakan
janin kurang
7. Kehamilan
dengan anemia
8. Kehamilan
ganda
9. Oligohidramion
10. Polihidramion
11. Riwayat
obstetrik yang buruk
12. Kehamilan
dengan penyakit ibu
Hasil
rekaman CTG yang normal
1. DJJ
lebih kurang 120-160 detik/ menit
2. Viabilitas
DJJ antara 6-35 detik/menit
3. Terdapat
akselerasi
4. Tidak
terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu deselerasi dini.
Gambaran
DJJ dalam Pemeriksaan CTG
1. DJJ
basal (basal fetal heart rate)
Yaitu
frekwensi dasar (basaline rate) dan variabilitas DJJ saat uterus dalam keadaan
istirahat.
2. Perubahan
periodik
Merupakan
perubahan DJJ yang terjadi saat ada gerakan janin atau his.
3.3.3.4
Persiapan Pasien CTG
1. Dijelaskan
prosedur pemeriksaan
2. Posisi
tidur telentang
3. Pakaian
didaerah abdomen dibuka
4. Pasang
jeli
5. Pemeriksaan
siap dilaksanakan
Gambar
CTG
3.3.4 LAPAROSKOPI
3.3.4.1 Pengertian
Laparoskopi
adalah suatu cara untuk melihat rongga perut dengan bantuan laparaskop melalui
dinding perut depan, yang sebelumnya telah dilakukan pneumopentoneum
(Prawihardjo 1999).
3.3.4.2 Indikasi
Dengan
telah berkembangnya inovasi instrumentasi dan teknik operasi, indikasi untuk
melakukan operasi dengan teknik laparoskopi menjadi luas. Tindakan operasi
diagnostik dengan hasil diagnostik yang jelas, yang telah didiskusikan dengan
pasien sebelumnya, dapat dilakukan dengan tindakan operatif tertentu.
Bagi
mereka yang sudah sangat berpengalaman dalam melakukan laparoskopi, hampir semua
operasi ginekologik pada saat ini telah dapat digantikan dengan teknik
laparoskopi. Saat ini operasi histerektomi pun telah dilakukan dengan teknik
laparoskopi
Tujuan
diagnostik
- Diagnosis diferensiasi patologi genitalia interna.
- Infertilitas primer dan sekunder.
- Second lock operation, apabila diperlukan berdasarkan operasi sebelumnya.
- Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.
- Pemantauan pada saat dilakukan tindakan histerektomi.
Tujuan
operatif terhadap adneks
- Salpingektomi pada kehamilan ektopik
- Kontrasepsi mantap (penutupan tuba)
- Rekontruksi tuba atau reanastomosis tuba pasca tubektomi
Tujuan
operatif terhadap ovarium
- Fungsi folikel matang pada program fertilisasi in-vitro
- Biopsi ovarium pada keadaan tertentu (kelainan kromosom atau bawaan, curiga keganasan)
- Kistektomi antara lain pada kista coklat (endometrioma), dan kista ovarium lain.
- Ovariolisis, pada perlekatan periovarium
Tujuan
operatif terhadap organ dalam rongga pelvis
Lisis
perlekatan oleh omentum dan usus
3.3.4.7 Kontra Indikasi Absolut
- Kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan anestesi.
- Kelainan darah yang berat, sehingga mengganggu fungsi pembekuan darah.
- Peritonitis akut, terutama yang mengenai abdomen bagian atas
3.3.4.8 Kontra Indikasi Relatif
- Kondisi abdomen yang sangat besar, sehingga sulit memasukkan troikar (alat)
- Hernia abdominalis, ditakutkan melukai usus.
- Kelainan atau insufisiensi paru-paru, jantung, hepar atau kelainan metabolismus lain yang sulit menyerap gas CO2
3.3.4.9 Anastesi Untuk Laparaskopi
- Anastesi lokal
Laparaskopi
operatif yang tidak memerlukan waktu lama, dan intervensi yang berat, dapat
dilakukan dalam anestesi lokal.
Misalnya:
klip tuba pada tindakan sterilisasi.
Keuntungan:
-
Waktu rawat dapat dipersingkat.
-
Efek samping yang ringan.
- Anastesi regional (blok spinal)
Anestesi
regional (blok spinal), hanya digunakan apabila anestesi inhalasi merupakan
kontra indikasi. Beberapa efek samping yang kuramg disenangi dalam pemberian
anestesi regional antara lain dapat terjadi vasodilasi dan hipotensi yang
mendadak. Cara anestesi ini untuk tindakan laparaskopi telah banyak
ditinggalkan.
- Anastesi umum
Anestesi
umum untuk semua operasi hanya aman apabila ditangani oleh spesialis anestesi.
Anestesi umum dapat digunakan dengan kaidah-kaidah ilmu anestesi lazimnya untuk
tujuan laparaskopi operatif.
3.3.4.10 Posisi Pasien Pada Saat Operasi
Posisi
pasien pada saat operasi laparaskopi berlainan dengan posisi pasien pada
operasi ginekologik lazmnya. Pada umumnya pasien dalam posisi tredelenberg,
dengan pantat pasien harus lebih menjorok ke depan melewati ujung meja operasi,
agar hidrotubatur dapat digerakkan bebas.
3.3.4.11 Peralatan yang Dipakai
- Endoskoaqulator : untuk memanaskan (heating) jaringan dalam batas tertentu.
- Aplikator endoloop : untuk mengikat jaringan sebelum dan sesudah dipotong.
- Benang dan jarum khusus.
- Marselator alat khusus untuk merusak jaringan padat, sehingga dapat dikeluarkan dari rongga perut.
- Generator pneumoperitonium.
- Sumber cahaya dingin.
- Laparaskop dengan berbagai ukuran dan sudut pandang optik.
- Kabel fiber optik untuk menyalurkan cahaya dingin.
- Troikar dengan berbagai ukuran.
- Jarum veres.
3.3.4.12 Persiapan Alat
- Meja operasi.
- Troikar.
- Alat laparaskopi.
- Alat tenun steril
- Set steril.
- Anestesi set + alat infus.
- Betadine dll
3.3.4.13 Persiapan Pasien
- Inform consent.
- Beritahu pasien.
- Puasa.
- Fibriding.
3.3.4.2 Keuntungan laparaskopi
- Luka operasi kecil, sehingga resiko infeksi lebih kecil.
- Penyembuhan lebih cepat.
- Hari rawatan lebih kecil.
3.3.4.3 Kerugiannya
- Operasi ini memerlukan instrumen khusus.
- Hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah berpengalaman dan terlatih untuk melakukan laparaskopi
Gambar laparakopi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar