Senin, 02 April 2012

askep urolitiasis


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Batu saluran kemih menurut tempatnya sebagai batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaaan tidak normal dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih.batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalisium oksalat ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85 % dari jumlah keseluruhan batu ginjal.
Sukahtya dan Muhamad Ali (1975) melaporkan dari 96 batu saluran kemih ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 24 (25%) dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 76 (79%), sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 71 (73%).
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di negara berkembang batu saluran kemih banyak dijumpai. Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di negara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serata dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan perkapita.

B.       Rumusan Masalah
         Dari uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut “bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan urolitiasis?”.

C.      Tujuan Penulisan
a.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urolitiasis.

b.      Tujuan Khusus
1.         Dapat menjelaskan pengertian urolitiasis.
2.         Dapat menjelaskan etiologi, patofisioloi dari penyakit urolitiasis.
3.         Dapat menjelaskan manifestasi klinik dari penyakit urolitiasis.
4.         Dapat menjelaskan penatalaksanaan medik dari penyakit urolitiasis.
5.         Dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit urolitiasis
6.         Mampu atau dapat melakukan asuhan keperawatan dari :
a.         Pengkajian
b.         Diagnosa
c.         Implementasi
d.        Evaluasi

D.      Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami membataskan pada masalah ”Asuhan Keperawatan dengan Penyakit  Urolitiasis. Untuk mengangkat tema dalam makalah Keperawatan Medikal Bedah ini sebagai bahan diskusi .
  
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi Urolitiasis
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.
Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal yang lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.

B.     Etiologi
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, serta sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine.
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit grannuler yang kecil, yang disebut pasir atau krikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.
Faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu ginjal diantaranya :
  1. Faktor infeksi, dimana penyebab tersering dari infeksi ini adalah adanya    Escherichia Coli.
  2. Asidosis tubular renal
  3. Masukan vitamin D yang berlebihan.
  4. Diet yang salah.
  5. Kekurangan minum atau dehidrasi.
  6. Hyperparathiroidisme, penyakit metabolic bawaan.
  7. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia) yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dan sumsum tulang.
C.    Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibisi sitrat dan glokoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi raektan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat yang mungkin dapat mengurangi resiko agregatasi kristal dalam saluran kemih.

Aspek umum pembentukan batu saluran kemih :
·        Usia
·        Jenis kelamin
·        Profesi
·        Mentalitas
·    Konstitusi Nutrisi
·     Musim
·     Ras
·     Keturunan
Kelainan morfologi
Gangguan aliran urine
Infeksi saluran kemih
Kelainan metabolik
Faktor genetik
Ekskresi bahan pembetuk batu meningkat
Ekskresi inhibitor kristal menurun


Perubahan fisiko-kimiawi supersaturasi

Kalaianan kristaluria
Agregatsi kristal
Pertumbuhan kristal





 


Batu saluran kemih


D.    Manifestasi Klinis
     Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan urolitiasis adalah:
1.      Obstruksi saluran kemih
2.      Edema
3.      Nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
4.      Nyeri tekan pada daerah kostovertebral
5.      Mual dan muntah
6.      Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi
7.      Iritasi dan berhubungan dengan infekasi traktus urinaria
8.      Hematuria
9.      Retensi urine

E.     Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih (GUK), uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya diagnostic.
Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien, adapun pemeriksaan diagnostiknya yaitu:
a.         Urinalisa                        : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksolat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat).
b.         Urine (24 jam)               : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksolat atau sistin mungkin meningkat.
c.         Kultur urine                  : mungkin meningkatkan ISK (Stapilococus aureus, Proteus, Klebsiela, Pseudomonas)
d.        Servei biokimia             : peningkatan kadar kalsium, magnesium, asam urat, fosfat, protein, elektrolit.
e.         BUN                             : abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
f.          Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
g.         Hitung darah lengkap   : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/ septikemia.
h.         SDM                             : biasanya normal
i.           Hb/ Ht                           :  abnormal bila klien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/ gagal ginjal)

j.           Hormon paratiroid        : meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
k.         Foto rontgen KUB       : menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik pada daerah ginjal dan ureter.
l.           IVP                               : memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomi (distensi ueret) dan garis bentuk kalkuli.
m.       Sistoureterokopi            : visualisasi langsug kandung kemih dan ureter dan menunjukkan batu dan atau efek obstrukasi.
n.         CT scan                         : mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan masa lain; ginjal, ureter, dan distennsi kandung kemih.
o.         Ultrasound ginjal          : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

F.     Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan urolitiasis adalah:
1.      Hidroureter
2.      Hidronefrosis
3.      Gagal ginjal
4.      Sistitis
5.      Pielonefritis
6.      Hernia
7.      Hemoroid

G.    Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
  1. Farmako terapi.
·         Natrium Bikarbonat.
·         Asam Aksorbal.
·         Diuretik Thiasid.
·         Alloporinol.
  1.  Pengangkatan batu melalui Pembedahan.
·         Pielolitotomi.
·         Uretolitotomi.
·         Sistolitotomi.
·         Lithotripsi ultrasonic perkutan / PUL.
  1. Keperawatan
·         teknik relaksasi
·         pengkajian intake dan output cairan, warna, bau, dll
·         pemantauan asupan cairan
·         bantuan dalam proses eliminasi



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
Adapun yang harus dikaji pada klien urolitiasis adalah :
1.      Aktivitas istirahat
Gejala    : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contohnya penyakit tak sembuh, cedera spinalis).

2.      Sirkulasi
Tanda    : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, pucat.

3.      Eliminasi
Gejala    : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda    : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.

4.      Makanan/cairan
Gejala    : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda    : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah.

5.      Nyeri/ kenyamanan
Gejala    : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung dari lokasi batu, contohnya pada pangggul di regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha atau genetalia.
Tanda    : melindungi, perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.

6.      Keamanan
Gejala    : penggunaan alkohol, demam dan menggigil.

7.      Penyuluhan pembelajaran
Gejala    : riwayat kulkus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

B.       Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien urolitiasis, sebagai berikut :
1.         Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
2.         Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
3.         Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
4.         Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.

C.      Perencanaan ( intervensi )
1.          Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol.
 Kriteria hasil:
·         klien tampak rileks,
·         mampu beristirahat dengan tenang.

Mandiri
a.         Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
       R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus


b.        Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
       R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu membantu dalam meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas) dan waspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/ terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.
c.         Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.
R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d.        Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik.
R/ mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
e.         Dorong atau bantu ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
R/ hidrasi kuat melewatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f.         Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen.
R/ obstrukasi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.

Kolaborasi
a.         Berikan obat sesuai indikasi :
Narktik, contohnya meperidin (demoral), morfin
R/ biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot/ mental.
Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan)
R/menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Korikosteroid
R/ mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.

b.        Berikan kompres hangat pada punggung.
       R/ menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleksi spasme.
c.         Pertahankan patensi kateter bila digunakan.
       R/ mengubah stasis/ retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tegangan dan infeksi.

2.         Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 2x24 jam diharapkan klien dapat berkemih dengan jumlah yang normal dengan frekuensi yang biasa. Dengan kriteria hasil klien tidak mengalami tanda-tanda obstruksi.

Mandiri
a.         Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infekasi dan perdarahan.perdarahan dapat mengidentifiaksikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
b.        Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekatipertemuan urektrovesikal.
c.         Dorong meningkatkan pemmasukan cairan
R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
d.        Perikas semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim kelaboratorium untuk analisa.
R/ penemuan batu menmungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
e.         Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapublik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung.
R/ retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal) dan potensial resiko terjadinya infekasi, gagal ginjal.
f.         Observasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran.
R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

Kolaborasi
a.         Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin.
R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
b.        Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas.
R/ menentukan adanya ISK, yang menyebabkan gejala komplikasi.
c.         Berikan obat sesuai inidikasi, contoh :
Asetazolamid (Diamox), alupurional (Ziloprim)
R/ meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan batu asam
Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton)
R/ mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasr seperti hipertiroidisme atau abnormalitas vitamin D.
Amonium klorida; kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
R/ menurunkan pembentukan batu fosfat.
Agen Antigout, contoh alupurinol (Ziloprim)
R/ menurunkan prrosuksi asam urat/ potensial pembentukan batu.
Antibiotik
R/ adanya ISK/ alkalin urine potensial pembentuk abtu.
Natrium bikarbonat
R/ mengganti kehilangan yang tidak dapat retensi selama pembuangan bikarbonat atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli.
Asam askorbat
R/ mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan alkalin.
d.        Perhatikan patensi kateter tak menetap (uretral, ureteral atau nefrostomi) bila menggunakan.
R/ membantu aliran urine/ mencegah retensi dan komplikasi.
e.         Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.
R/ mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f.         Siapkan klien/ bantu untuk prosedur endoskopi, contoh :
Prosedur basket
R/ kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu ginjal dalam kantung kateter.
Stents ureteral
R/ kateter diposisikan diatas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/ lewatnya batu. Irigasi kontinu atau intermiten dapat dilakukan untuk membilas ureter da mempertahankan pH urine.
Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefrolitotomi, ureterolitotomi
R/ pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter.
Litotripsi ultrasonik perkuteneus
R/ tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvis/ kaliks ginjal atau ureter atas.
Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal
R/ prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengan gelombang dari luar tubuh.

3.         Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kekurang volume cairan dan dapat mempertahankan kesimbangan cairan yang adekuat. Dengan kriteria hasil :
1)      TTV stabil, BB normal, nadi perifer normal
2)      Membrane mukosa lembab
3)      Turgor kulit membaik



Mandiri
a.         Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan
R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal
b.        Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.
R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus.
c.         Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung.
R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebih (muntah dan diare).
d.        Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membran mukosa.
R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
e.         Timbang berat badan tiap hari.
R/ peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi.

Kolaborasi
a.       Awasi Hb/Ht, elektrolit
R/ mengkaji hidrasi dan keefektifan/ kebutuhan intervensi.
b.      Berikan cairan IV
R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal
c.       Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.
R/ makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan membantu mempertahankan caiatan dan keseimbangan nutrisi.
d.      Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin (Compaxin).
R/ menurunkan mual/muntah.

4.         Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat memahami tentang penyakit dan proses terapi yang diberikan. Dengan kriteria hasil klien melaporkan tentang pemahaman penyakit dan proses perawatan yang diberikan.

Mandiri
a.         Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat piihan berdasarkan informasi.
b.        Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari. Dorong klien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak.
R/ pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
c.         Diet rendah purin, contohya membatasi daging berlemak, tumbuhan polong, gandum dan alkohol.
R/ menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
d.        Diet rendah kalsium, contohnya membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau.
R/ menurunkan pembentukan batu kalsium.
e.         Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit per jam.
R/ mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tidak larut dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain.
f.         Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik contohnya hematuria, oliguria.
R/ dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi serius.

D.      Evaluasi
 Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kita harapkan adalah sebagai berikut :
1.         Menunjukkan berkurannya nyeri
2.         Menunjukkan peningkatan perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan
a.         Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas setiap hari)
b.        Melakukan aktifitas yang sesuai
c.         Mengkonsumsi diet yang diresepkan untuk mengurangi faktor predisposisi pembentuk batu.
d.        Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria).
e.         Memantau pH urine sesuai anjuran.
f.         Mematuhi medikasi serta yang dianjurkan untuk mengurangi pembentukan batu.
3.         Tidak adanya komplikasi.
a.         Tidak memperlihatkan tanda sepsis dan infeksi.
b.        Berkemih sebanyak 200 sampai 400 ml urine jernih tanpa mengandung sel darah merah setiap kali berkemih.
c.         Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi dan hesitensi.

 

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat.
Penangan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor resiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu saluran kemih. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan pemebdahan atau litotripsi dan terpenting adalah pengenalan faktor resiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

B.     Saran
Agar tidak terjadi peningkatan penyakit urolitiasis atau batu kandung kemih diharapkan melakukan pencegahan sedini mungkin dengan cara membatasi konsumsi kalsium oksalat, kalsium fosfat dan memperbanyak minum.
Untuk asuhan keperawatan yang diberikan pada klien urolitiasis diutamakan pada menghilangkan nyeri, mempertahankan fungsi ginjal adekuat, mencegah komlikasi dan memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan.








DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC
Suyono. Slamet. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Tidak ada komentar: